Saturday, March 12, 2022

Septimius Severus: Bagaimana Orang Afrika Bisa Menjadi Kaisar Romawi?


Sejarah mencatat Septimius Severus adalah orang Afrika pertama yang menjabat sebagai Kaisar Romawi. Dengan haus akan kekuasaan, ia memerintah Kekaisaran Romawi hampir 2.000 tahun yang lalu, mendeklarasikan dirinya sebagai Kaisar setelah Pertempuran Lugdunum yang definitif pada tahun 197 Masehi.

Terobsesi dengan mimpi mendirikan Dinasti Severn, di akhir hidupnya ia memimpin invasi mengerikan ke Kaledonia (Skotlandia modern), berbaris ke utara Tembok Hadrian yang terkenal dengan pasukan besar dalam upayanya untuk menyatukan pulau Britania di bawah Romawi. Dia akhirnya meninggal di York, setelah gagal mencapai tujuannya dan dikhianati oleh putranya sendiri Caracalla.

Septimius Severus dilahirkan dalam keluarga terkemuka dan kaya dari raja minyak zaitun di Leptis Magna, di tempat yang sekarang menjadi wilayah Libya, pada tahun 145 Masehi. Para pengunjung peninggalan Romawi di Leptis Magna dapat mengagumi Lengkungan Septimius Severus (Arch of Septimius Severus) yang masih berdiri sampai sekarang dan merupakan monumen yang dilindungi UNESCO.

Rasa lapar Severius untuk sukses membawanya dari Afrika ke Roma pada tahun 161. Di Roma, kenalannya memberinya akses ke jajaran senator yang kuat.

Dilansir Ancient Origins, orang yang telah berbicara dan merekomendasikan Septimius Severus kepada Kaisar Romawi saat itu, Marcus Aurelius, adalah kerabatnya yang bernama Gaius Septimius Severus. Gaius langsung merekomendasikan Severus ke Kaisaran Romawi ketika Severus pertama kali tiba di Roma.

Severus naik dengan cepat melalui berbagai jabatan negara, yang dikenal sebagai cursus honorum. Pada tahun 170 ia memperoleh kekuatan politik yang diinginkannya dengan diterima di Senat. Dia diangkat sebagai Legatus, posisi senior dalam Legiun Romawi.

Paccia Marciana, istri pertama Severus, juga berasal dari kota yang sama, Leptis Magna. Pernikahan mereka berlangsung selama lebih dari sepuluh tahun, sampai Marciana tiba-tiba meninggal pada tahun 186 karena sebab yang wajar.

Septimius Severus adalah orang yang percaya pada seni astrologi dan sangat berhati-hati untuk mengikuti setiap pertanda dari dunia roh. Setelah mendengar ramalan, Septimius Severus menikahi Julia Domna pada tahun 187, seorang bangsawan kaya yang lahir di Emesa di Suriah, saat menjabat sebagai Gubernur Romawi di Gaul di kota yang sekarang dikenal sebagai Lyon di Prancis. Bersama-sama mereka memiliki dua putra, Caracalla dan Geta, yang meyakinkan Severus tentang awal Dinasti Severn.

Merebut Kekuasaan dan Menjadi Kaisar Romawi

Pada tahun 191 Kaisar Romawi Commodus menunjuk Septimius Severus untuk menjabat sebagai Gubernur Pannonia Superior yang terletak di sepanjang perbatasan dengan Sungai Danube. Namun, tahun berikutnya Commodus sendiri dibunuh dan penggantinya, Publius Helvius Pertinax, menjadi kaisar berikutnya. Masa pemerintahan Pertinax hanya berlangsung 86 hari sebelum dia dibunuh oleh Praetorian Guard pada tahun 193.

Tahun berikutnya kemudian tercatat dalam sejarah sebagai "Tahun Lima Kaisar". Pada periode ini ada lima orang yang mengklaim gelar Kaisar Romawi, termasuk Severus.

Severus mengamankan kekuasaannya pada Pertempuran Lugdunum yang terjadi pada Februari 197, melawan Clodius Albinus, salah satu saingannya. Dalam pertempuran terbesar dalam sejarah Romawi ini, dengan total 150.000 prajurit, Severus mendapatkan reputasinya sebagai prajurit yang kejam setelah membantai para pemberontak dalam kemenangan yang luar biasa.

Setelah pertempuran, kepala Albunus dipenggal dan dikirim ke Roma. Dan begitulah sang prajurit dari Libya itu kemudian bisa mendatangi Roma dengan kepala tegak. Dengan kedok sebagai prajurit yang sukses membalas kematian Pertinax, Severus kemudian diproklamasikan sebagai Kaisar Romawi oleh para senator.

Dalam satu gerakan, Septimius Severus menjadi orang paling kuat di dunia, dan orang Afrika pertama yang menjadi Kaisar Kekaisaran Romawi. Wilayah Kekaisaran Romawi di bawah kekuasaannya membentang dari Timur Tengah hingga Atlantik, dan dari Afrika hingga Britania di utara.

Selama lima belas tahun pertama pemerintahannya, ia menumpas musuh-musuh Romawi, mengamankan perbatasan-perbatasan Kekaisaran Romawi. Keinginannya akan kemuliaan kemudian membawanya lebih jauh ke utara.

Saat memasuki usia enam puluhan tahun, Septimius Severus sangat ingin mengamankan legasinya. Ia pada akhirnya menyatukan pulau Britania di bawah kekuasaan Romawi, mengalahkan orang-orang barbar Kaledonia dan para pejuang bukit yang telah memberontak melawan Romawi di sepanjang perbatasan Tembok Hadrian.

Meskipun usianya dan kesehatannya menurun, ia tetap mengumpulkan kekuatan militernya dari banyak sudut Kekaisaran Romawi dan berbaris di Skotlandia dalam skala yang belum pernah terlihat sebelumnya. Pada tahun 208, Severus memimpin 40.000 tentara Romawi bersama putranya Caracalla yang saat itu menjadi rekan kaisarnya.

Pasukan tentara yang sangat besar ini adalah contoh nyata dari kekuatan multikultural Romawi, termasuk para pemanah Suriah dan kavaleri Spanyol. Selama berbulan-bulan, dalam kondisi tubuh yang sudah tua dan tidak sehat,  Severus dibawa melalui lanskap Skotlandia untuk mencari musuhnya karena pasukannya menderita serangan gerilya saat mereka berbaris melalui wilayah asing.

Pada tahun 209, Severus berada di dekat Aberdeen bersama putranya yang tidak sabar, Caracalla, saat musim dingin mulai mendekat. Legenda mengatakan bahwa Caracalla berusaha membunuh ayahnya, tetapi tidak berhasil. Tidak mau mengakui kekalahan dari serangan gerilya lawan, Kaisar Severus mengeluarkan koin yang mengklaim kemenangannya melawan para pemberontak.

Merasa lelah dan dikhianati, Severus akhirnya menuju selatan melintasi Tembok Hadrian dan kembali ke York. Di kota itulah akhirnya ia mengembuskan napas terakhirnya karena usia dan kesehatannya yang makin memburuk.

Menurut Cassius Dio, Severus merekomendasikan putra-putranya yang meneruskan takhtanya untuk menghindari kerusuhan dengan mengindahkan nasihatnya untuk "bersikap baik satu sama lain, memperkaya tentara, dan mengutuk sisanya." Sayangnya, mereka tidak memperhatikannya.

Setelah kematian ayah mereka pada Februari 211, dan pemakamannya yang mewah, Caracalla dan Geta kembali ke Roma. Meskipun kedua saudara itu seharusnya memerintah bersama, persaingan mereka menyebabkan pembunuhan berdarah Geta di tangan saudaranya pada tahun yang sama, dengan Geta diduga sekarat di tangan ibunya.

Caracalla sendiri dibunuh pada tahun 217 oleh seorang tentara yang tidak puas. Impian Severus tentang Britania Romawi yang bersatu dan Dinasti Severn yang bertahan lama tidak pernah terwujud.