Monday, August 1, 2022

Gayatri: Wanita di Balik Suksesnya Raden Wijaya Membangun Majapahit


Sebuah arca tanpa kepala di Boyolangu, dibuat raja terbesar Majapahit—Hayam Wuruk—untuk menghormati jasa besar neneknya, Gayatri Rajapatni. Candi itu terletak di Desa Boyolangu, Tulungagung, Jawa Timur.

Gayatri digambarkan sebagai figur wanita gigih dalam Negarakrtagama karya Mpu Prapanca. Sejak kecil, ia terlahir dengan kebiasaan-kebiasaan yang berbeda dengan ketiga saudara perempuannya.

"Gayatri tumbuh menjadi pribadi kritis dan bijaksana," tulis Dharmika Pranidhi, Widjajanti M Santoso dan Mia Siscawati dalam jurnal berjudul Otoritas Perempuan dan Religiusitas Gayatri Rajapatni yang terbit pada 2022.

Berbeda dengan ketiga saudaranya yang cenderung feminis dan gemar bersolek, Gayatri dibesarkan dengan rasa keingin tahuan yang tinggi. Ia membaca dan mendengar banyak kisah dari ayahnya, Kertanegara—Raja Singhasari.

Meski begitu, Gayatri bukan berarti tak mengindahkan diri sebagai seorang wanita. Ia juga menggemari drama dari roman-roman kuno dari kisah Panji.

Kisah tersebut merupakan kisah Panji dengan Candra Kirana. "Sebuah kisah yang menggerakan sisi romantik dan imajinatif," imbuhnya.

"Panji merupakan pria gagah berani yang ditunangkan dengan Candra Kirana, seorang putri yang juga berani dan bertemu di medan perang," terusnya.

Lantas, nasib buruk menghampirinya. Gayatri dikenalkan dengan penyerbuan dan peperangan sejak usia remaja. Putri raja Singhasari itu mengalami serangan tatkala kerajaannya diserbu Kediri pada tahun 1292.

Ayahnya, Raja Kertanegara tewas dalam pertempuran dengan Kediri. Beruntung, Gayatri meloloskan diri dari penyergapan pasukan Kediri yang kemudian menguasai Singhasari.

Demi menghindari pengejaran pasukan Kediri, Gayatri menanggalkan segala atribut sebagai putri Kerajaan Singhasari. Ia memilih untuk menyamar sebagai pelayan di Daha, ibu kota Kerdiri.

Sambil menyusun rencana, ia bertemu dengan Raden Wijaya. Seseorang yang sangat berambisi untuk menaklukan Kediri. Sebagaimana romansa klasik kisah Panji yang pernah dibaca Gayatri, ia akhirnya menemukan sosok Raden Wijaya.

Pertemuan mereka diketahui Jayakatwang, Raja Kediri, sebagai penduduk istana yang tengah melarikan diri. "Sambil mengumpulkan kekuatan, Gayatri dan Raden Wijaya berpura-pura mengalah kepada Jayakatwang," terusnya lagi.

Bak gayung bersambut, di perjalanannya, Raden Wijaya bertemu dengan para tentara Mongol yang melakukan ekspansi ke Jawa. Mereka sangat berambisi untuk menaklukan Kediri yang sangat kuat kedudukannya saat itu.

Gayatri mengajak Raden Wijaya untuk menghasut Mongol agar mau bekerjasama menyerang dan menaklukan Kediri. Pertempuran hebat pun akhirnya dimenangkan pihak Mongol beserta sekutunya.

Namun, siasat culas dibuatnya. Raden Wijaya mencegat pasukan Mongol yang tengah berpesta merayakan kemenangannya. Ia menyusun pasukan yang sudah sebulan dihimpun. Pasukan itu berhasil membunuh 200 tentara Mongol, membuat mereka lari tunggang langgang.

Kemenangan pasukan Raden Wijaya itu menandai dimulainya peradaban terbesar sepanjang sejarah Nusantara, berdirinya Kerajaan Majapahit. "Kemenangan yang berhasil diperoleh dengan berbagai pertumpahan darah, dirayakan dengan perayaan ulang tahun Gayatri ke-19 tahun," jelasnya.

Di momen itu juga, Gayatri dipinang Raden Wijaya sebagai istri keempat dengan menyandang gelar Rajapatni atau pendamping raja. Kecerdasan dan ketangguhannya mendampingi Raden Wijaya dalam mendirikan Majapahit adalah makna dari gelarnya itu.

Dari pernikahan itulah lahir generasi-generasi terbaik Majapahit, salah satunya adalah Hayam Wuruk yang merupakan cucu dari Gayatri. Hayam Wuruk juga yang menciptakan legasi untuk mendiang neneknya karena keluhuran jasanya bagi berdiri hingga kesuksesan Majapahit.

Selain itu, penunjukan Gajah Mada juga merupakan salah satu andil besarnya menuntun kesuksesan Majapahit.