Monday, June 6, 2022

Kedua Kalinya Sebuah Tsunami Menyebar ke Tiga Samudra, Kok Bisa?


Sebuah tsunami mengejutkan yang berpusat di Samudra Atlantik Selatan menjalar hingga jarak lebih dari 10.000 kilometer. Tsunami ini menyebar melalui tiga samudra: Atlantik Utara, Pasifik, dan Hindia.

Ini adalah kedua kalinya sebuah tsunami tercatat menyebar di tiga samudra berbeda pada abad 21 ini. Tsunami pertama yang tercatat menyebar di tiga samudra pada abad ini adalah tsunami akibat gempa bumi di Samudra Hindia pada 2004. Tsunami Samudra Hindia 2004 ini dikenal juga sebagai tsunami Aceh karena menewaskan sekitar 230.000 orang di Aceh.

Tsuami kedua abad ini yang tercatat menyebar di tiga samudra bari terjadi pada Agustus 2021. Para ilmuwan awalnya bingun bagaimana tsunami itu bisa menyebar ke tiga samudra. Baru sekaranglah mereka akhirnya mengetahui bagaimana gelombang itu tsunami dipicu.

Gempa yang memicu tsunami pada Agustus lalu berhasil diukur memiliki pusat 47 kilometer di bawah dasar laut. Kedalaman ini sebenarnya terlalu dalam untuk memicu gelombang tsunami yang signifikan.

Namun ternyata, tsunami ini bukan hanya produk dari satu gempa berkekuatan 7,5 magnitudo tersebut. Hasil pemeriksaan baru pada data seismologi menunjukkan bahwa gempa itu sebenarnya adalah serangkaian lima sub-gempa, dan di tengah-tengahnya ada gemuruh yang jauh lebih besar dan lebih dangkal yang mungkin menyebabkan tsunami global.

Gempa ketiga yang 'tak terlihat' ini terjadi hanya 15 kilometer di bawah permukaan bumi dengan kekuatan 8,2 magnitudo. Namun di tengah keramaian gempa-gempa tersebut, sistem pemantauan kita benar-benar telah melewatkannya.

"Peristiwa ketiga ini spesial karena sangat besar, dan tidak bersuara," jelas seismolog Zhe Jia dari California Institute of Technology.

"Dalam data yang biasa kami lihat [untuk pemantauan gempa], gempa itu hampir tidak terlihat," ujar Jia seperti dilansir Science Alert.

Memotong data seismologi ke dalam periode yang lebih lama dari 500 detik, Jia dan rekan-rekannya kemudian mampu mengungkapkan keberadaan gempa dangkal dan lambat tersebut yang belum pernah terlihat sebelumnya.


Di antara kelompok gangguan biasa lainnya, para peneliti itu menemukan gemuruh selama 3 menit yang memecah bagian antarmuka lempeng sepanjang 200 kilometer. Secara keseluruhan, peristiwa yang satu ini menghasilkan lebih dari 70 persen dari total momen seismik yang terekam.

"Jadi," para peneliti menyimpulkan, "gempa South Sandwich Island tampaknya merupakan gabungan dari retakan dalam dan slip tsunamigenik lambat; ini menjelaskan kombinasi yang agak tidak biasa dari kedalaman yang relatif besar tersebut dan tsunami yang teramati secara global itu."

Temuan hasil studi baru yang telah terbit di jurnal Geophysical Research Letters ini menunjukkan bahwa sistem peringatan gempa dan tsunami kita perlu diperbarui. Jika kita ingin memperingatkan masyarakat pesisir tentang kejadian serupa, maka sistem kita perlu membaca yang tersembunyi di dalam data untuk melihat gempa yang lebih besar.

"Sulit untuk menemukan gempa kedua karena terkubur di gempa pertama," kata Jia.

"Sangat jarang terjadi gempa bumi kompleks seperti ini... Dan jika kita tidak menggunakan dataset yang tepat, kita tidak dapat benar-benar melihat apa yang tersembunyi di dalamnya."

Judith Hubbard, ahli geologi yang bekerja untuk Earth Observatory of Singapore dan yang tidak terlibat dalam studi terbaru ini, mengatakan dia bersyukur bahwa orang-orang lain telah menggali data tsunami tak terduga itu untuk lebih memahami dari mana asalnya.

"Dengan gempa bumi yang kompleks ini, gempa terjadi dan kita berpikir, 'Oh, itu tidak terlalu besar, kami tidak perlu khawatir.' Kemudian tsunami menerjang dan menyebabkan banyak kerusakan," kata Hubbard.

"Studi ini adalah contoh yang bagus tentang bagaimana kita dapat memahami bagaimana peristiwa ini bekerja, dan bagaimana kita dapat mendeteksinya lebih cepat sehingga kita dapat memiliki lebih banyak tanda peringatan di masa depan."