Thursday, October 6, 2022

Ekspedisi ke "Benua yang Hilang" Hasilkan Petunjuk Tentang Sejarah Bumi

Sejauh ini, tidak banyak yang kita ketahui tentang Zealandia, atau kerap dijuluki "benua yang hilang". Tetapi sekelompok ilmuwan perlahan mulai mengubahnya. 

Selama dua bulan, tim yang terdiri dari 32 ilmuwan dari International Ocean Discovery Program menjelajahi wilayah Zealandia yang terletak di timur Australia. Zealandia berukuran kira-kira seluas India, dan berada di kedalaman sekitar 2.400-4.000 meter di bawah permukaan laut. Periset mengumpulkan sejumlah data, termasuk dengan mengebor ke dasar laut dan mengumpulkan inti sedimen di kedalaman 2.500 meter. 

Dalam inti sedimen ini, tim menemukan catatan kehidupan di wilayah tersebut berjuta tahun yang lampau. 

"Lebih dari 8.000 spesies telah dipelajari, dan beberapa ratus fosil spesies telah teridentifikasi," ujar Gerald Dickens, wakil ketua ekspedisi dalam siaran pers. Menurut Dickens, salah satu penemuan paling penting sejauh ini ialah fakta bahwa Zealandia dahulu jauh lebih dangkal ketimbang sekarang. 

"Temuan berupa cangkang mikroskopis dari organisme yang hidup di perairan dangkal nan hangat, spora dan serbuk sari dari tanaman darat, mengungkapkan bahwa kondisi geografis dan iklim Zealandia sangat berbeda di masa lalu," tambah Dickens. 

Para ilmuwan belum sepenuhnya yakin bagaimana dan kapan tepatnya Zealandia terpisah dari Australia. Para ahli terbagi dalam dua kelompok: apakah Zealandia pantas dianggap benua, atau tidak sama sekali?

Dalam wawancara dengan National Geographic awal tahun ini, ahli geologi Northwestern Christopher Scotese mendeskripsikan Zealandia sebagai wilayah kontinental, tetapi bukan sebuah benua. Baginya, 
perbedaan bermuara pada definisi benua yang dipegang secara luas sebagai daratan di atas dan dikelilingi oleh air. Sebagian ilmuwan lainnya mengatakan, fakta bahwa Zealandia tenggelam 
seharusnya tidak membayangi sifat geologisnya yang berbeda.


Kapal penelitian JOIDES Resolution akan meninggalkan Australia saat memulai ekspedisi Zealandia. (Tim Fulton/International Ocean Discovery Program) 
Menurut National Science Foundation, apa yang diketahui ilmuwan saat ini adalah bahwa wilayah Zealandia berada di atas dua lempeng tektonik—lempeng Australia dan Pasifik—dan terpisah dari Australia sekitar 40 sampai 50 juta tahun silam. Ketika ini terjadi, lempeng pasifik tersangkut di bawah lempeng Australia, sehingga menciptakan zona subduksi. Wilayah itu kemudian menjadi salah satu bagian Cincin Api, daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi.

Mengapa memahami Zealandia begitu penting?

"Ini adalah bagian penting dari sejarah kita. Zealandia pernah menjadi bagian dari Australia dan terpisah karena alasan yang belum sepenuhnya kita pahami," kata Jamie Allen, direktur program untuk Divisi Ilmu Kelauatan National Science Foundation. 

Sedimen yang terkumpul menyediakan bank data tentang perubahan iklim yang terjadi dalam seluruh rentang sejarah bumi (paleoclimate).

Berdasarkan karakteristik mikroorganisme yang terfosilisasi di dalam kerak wilayah Zealandia, para ilmuwan dapat menentukan seberapa hangat air di sana pada waktu-waktu tertentu. Ini memberi indikasi seberapa dangkal atau dalam Zealandia selama lebih dari sejuta tahun sejarahnya. Memahami bagaimana kehidupan di Bumi merespon perubahan ini dapat membantu para ilmuwan untuk membuat model seberapa masif pengaruh aktivitas seismik dan vulkanik terhadap iklim pada beberapa tahun mendatang. 

Zealandia yang dulunya dangkal juga menyuguhkan teori bagaimana tanaman dan hewan tersebar di seluruh Pasifik di masa lalu. 

"Jika kita memiliki pemahaman mengapa iklim Bumi berubah di masa lalu, hal itu dapat membantu kita untuk memodelkannya untuk masa depan," ucap Allen

Tim ilmuwan dalam ekspedisi ini belum merilis lebih detail tentang penemuan ini. Mereka berencana untuk mempelajari sejumlah besar informasi yang akan dikumpulkan selama tahun yang akan datang dan mempublikasikan hasilnya.