Tuesday, September 27, 2022

Wabah Misterius di Abad Pertengahan, Bikin Orang Berhalusinasi


Kita semua pernah mendengar tentang penyakit cacar,  tipus, tetapi antara tahun 990 dan 1130 M telah terjadi wabah dengan penyakit yang tak biasa. Diperkirakan lebih dari 50.000 orang meninggal karena penyakit "Api Suci" atau Ergotisme di Prancis selatan. Kini, seorang wanita India kehilangan salah satu jari kakinya setelah menderita penyakit "api suci" dalam kasus yang benar-benar aneh.

Seorang wanita India berusia 24 tahun menerima perhatian medis ekstensif setelah tiba-tiba mengalami kesulitan berjalan, dan rasa sakit terbakar yang parah di kaki dan kakinya, yang terasa dingin saat disentuh.

Empat hari sebelumnya wanita itu memulai pengobatan untuk sakit kepala migrain yang disebut "ergotamine." Namun, karena wanita tersebut lahir dengan positif HIV, dia juga menggunakan beberapa obat antivirus. Ketika dikonsumsi secara bersamaan, kedua obat ini menyebabkan penyempitan arteri yang berpotensi fatal dan mengurangi aliran darah ke kaki dan kakinya. Karena ini lah, wanita itu akhirnya didiagnosis menderita ergotisme, penyakit abad pertengahan yang hampir tidak dikenal saat ini.  

Menurut penulis makalah baru yang diterbitkan dalam The New England Journal of Medicine oleh para peneliti dari Government Medical College, Thiruvananthapuram di India selatan, tim dokter mendiagnosis wanita itu dengan ergotisme. Salah satu obatnya berasal dari bahan kimia yang sama yang menyebabkan semua wabah abad pertengahan di Eropa, yang terutama mempengaruhi Prancis.

Menurut makalah tersebut, wabah abad pertengahan sebagian besar disebabkan oleh orang-orang yang secara tidak sengaja memakan senyawa beracun yang ditemukan pada biji-bijian sereal, seperti gandum hitam. Senyawa beracun "alkaloid ergot" ini dibuat oleh jamur yang disebut Claviceps P urpurea.

Apakah Alkaloid Ergot?

Laporan oleh American Society for Microbiology (ASM), pada Abad Pertengahan wabah penyakit yang dikenal sebagai api St. Anthony ini disebabkan karena mengosumsi gandum hitam beracun, dan para korban pertama ini menunjukkan serangkaian gejala yang membingungkan, termasuk kejang-kejang dan halusinasi, sensasi rasa terbakar.

Hebatnya, menurut sebuah laporan di Live Science, sebuah makalah tahun 2016 yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Dermatology menggambarkan karya para peneliti yang berhipotesis bahwa ergotisme mungkin telah berperan dalam gejala aneh yang diderita oleh gadis-gadis yang dituduh melakukan sihir di abad ke-17 yang terkenal kejam. Kejadian ini kemudian dibawa ke pengadilan penyihir Salem.

Ergot: Pembunuh Abad Pertengahan dan Obat Abad Pertengahan untuk Sakit Kepala

Seperti banyak spesies jamur, Claviceps P urpurea, dapat menyembuhkan dan membunuh manusia, tergantung bagaimana cara pemberian dan berapa lama pengobatan dilakukan.

Pada akhir 1800-an, pejabat kesehatan masyarakat mulai menerapkan penghapusan sistematis biji-bijian (hitam) yang terinfeksi dari panen. Namun, senyawa jamur yang sama yang menyebabkan ergotisme kemudian diisolasi untuk menghasilkan obat ergotamine yang biasa digunakan untuk pengobatan sakit kepala migrain .

Masalah yang terkait dengan wanita India muncul ketika dosis pengobatan ergotamine terlalu tinggi, atau pengobatannya terlalu lama. Tetapi yang lebih memperumit kondisi wanita itu adalah kenyataan bahwa dia juga secara teratur meminum obat terkait HIV. Dan dalam hal ini, campuran obat yang salah dapat menghasilkan efek samping negatif yang parah.

Menurut sebuah makalah tahun 1999 yang diterbitkan dalam jurnal BMJ, obat HIV “ritonavir memblokir enzim yang terlibat dalam pemecahan senyawa ergot.” Dan karena wanita ini sedang dalam pengobatan HIV dengan ritonavir, bentrokan bahan kimia ini akhirnya menyebabkan berkembangnya gangren (kondisi matinya jaringan tubuh akibat tidak mendapat pasokan darah yang cukup) dan amputasi salah satu jari kaki di kaki kirinya.